Kitab Mut’atu al-Nisaa’i fii al-Kitaabi wa al-Sunnah – Ja’far Subhani
أخرج الترمذي انّ رجلاً من أهل الشام سأل ابن عمر عن المتعة، فقال: هي حلال
Tirmidzi mengeluarkan/meriwayatkan bahwa seorang laki-laki dari Syam bertanya kpd Ibn Umar ra tentang “MUT’AH”. Ibnu Umar ra menjawab, “dia halal”
Kemudian di bawahnya ada catatan kaki, yaitu Sunan Tirmidzi juz 3 hal 186 hadits no. 824
versi online : http://imamsadeq.com/ar.php/page,530BookAr110P2.html#47
Kita bandingkan dengan apa yang terdapat dalam Sunan Tirmidzi juz 3 hadits no 824, cetakan Musthafa al-Halabi (halaman 176) :
أنه سمع رجلا من أهل الشام وهو يسأل عبد الله بن عمر عن التمتع بالعمرة إلى الحج فقال عبد الله بن عمر هي حلال
(Salim bin Abdullah) mendengar seorang laki-laki dari Syam bertanya kepada Abdullah bin Umar tentang “TAMATTU’ BIL’UMRAH ILA AL-HAJJ”, maka Abdullah bin Umar menjawab :” dia halal”.
http://shamela.ws/browse.php/book-7895/page-1641
Kalau melihat riwayat yang terdapat di dalam Sunan Tirmidzi tersebut begitu jelas, yaitu tentang haji tamattu’, apalagi di dalam Sunan Tirmidzi riwayat tersebut terletak di dalam kitab al-Hajj, bahkan bab-nya pun maa jaa’a fi al-tamattu’. Oleh karena itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan mut’ah nisaa (mut’ah dengan wanita).
Tetapi apa yang dilakukan oleh Ja’far Subhani ? Dia mengarang buku yang dari judulnya sudah jelas sedang membahas mut’ah nisaa, kemudian menukil riwayat tersebut dan memasukkannya di dalam bab al-mut’ah fis-sunnah an-nabawiyyah dengan memutilasi teks agar sesuai dengan apa yang sedang dia bahas.
Tambahan:
Ternyata Jafar Subhani (1) tidak sendirian :
di dalam kitab al-fushul al-muhimmah :
http://shiaweb.org/books/al-fusol_al-muhema/pa17.html – hal. 80
ونقل العلامة في نهج الصدق والشهيد الثاني في نكاح المتعة من روضته البهية عن صحيح الترمذي أن رجلا من أهل الشام سأل ابن عمر عن متعة النساء فقال : هي حلال . فقال : إن أباك قد نهى عنها . فقال ابن عمر : أرأيت إن كان أبي نهى عنها وصنعها رسول الله ( ص ) أتترك السنة وتتبع قول أبي
disini syarafuddin (2) malah lebih jelas lagi, menggunakan kata mut’ah an-nisa….Coba cari riwayat-nya imam Tirmidzi yg terkait dengan orang dari Syam bertanya kpd Ibnu Umar, orang itu bertanya tentang tamattu bil umrah ilal hajj… bukan mut’ah nisa!!
itu syarafuddin jg bawa-bawa allamah alhilli (3) – Nahjul Haqq wa Kasyf Al-Shidq:
http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-aqaed/nahj-haq/n12.htm#link95 – hal. 283
و في صحيح الترمذي قال سئل ابن عمر عن متعة النساء فقال هي حلال و كان السائل من أهل الشام
satu lagi yg dari al-syahid al-tsani (4) – al-Raudhah al-bahiyah fi syarh al-Lum’ah
http://lib.eshia.ir/10102/5/283
وفي صحيح الترمذي أن رجلا من أهل الشام سأل ابن عمر عن متعة النساء فقال: هي حلال
ckckck parah, nipu aja rombongan
Keterangan:
Haji tamattu’
http://www.jurnalhaji.com/2009/05/13/370/
Mut’ah nisaa ala syiah :
Kawin kontrak yang terjadinya hanya memerlukan mahar dan batas waktu, sedangkan akadnya tidak perlu ada saksi.
sumber: FB Al Akh Aditya Riko
Tinggalkan komentar